Minggu, 30 Desember 2012

Nikmatnya Teh Gunung Dempo, Pagaralam.

Nikmatnya Teh Gunung Dempo, Pagaralam.



Nikmatnya Teh Gunung Dempo...


Nikmatnya Teh Gunung Dempo...
KOMPAS.com - Warna coklat mengilat, aroma teh yang tajam, dan rasa yang lebih sepat adalah ciri teh asal Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, dibandingkan dengan teh-teh pabrikan yang beredar luas di pasaran Indonesia. Posisi tanaman teh yang berada di lereng timur gunung, sehingga mendapat sinar matahari pagi langsung, membuat cita rasa teh Gunung Dempo sangat khas.

Namun, teh itu tidak bisa sembarang dinikmati. Sekitar 90 persen produksi teh Gunung Dempo diperuntukkan bagi pasar ekspor, khususnya ke India dan Eropa. Bahkan, sejumlah merek teh luar negeri juga menggunakan bahan baku dari teh Gunung Dempo.

Sisanya, 10 persen, dan sebagian besar yang berkualitas rendah diperuntukkan bagi pasar lokal dan nasional. ”Untuk pasar nasional umumnya dijual sebagai bahan baku teh pabrikan sehingga cita rasa teh Gunung Dempo sudah tidak utuh,” kata Manajer Perkebunan Teh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Pagar Alam, Budi Susanto, Senin (15/2) di Pagar Alam. Selain itu, hanya sekitar 0,5 persen yang dilempar ke pasaran dalam bentuk teh pabrikan merek Gunung Dempo. Teh kemasan itu umumnya hanya ditemukan di sekitar Pagar Alam, sulit ditemukan di daerah lain, termasuk Palembang sebagai ibu kota Provinsi Sumsel.

Sulitnya menemukan teh Gunung Dempo di luar Pagar Alam karena belum adanya jaringan distribusi yang luas. Selain itu, format produksi pabrik teh Pagar Alam adalah sebagai industri hulu sehingga hasil produksinya memang ditujukan untuk bahan baku teh kemasan dan bukan dijual secara langsung.

Di sisi lain, produksi teh justru terus meningkat walau lahan perkebunan teh tetap. Efisiensi dan mekanisasi pemetikan teh membuat jumlah produksi teh terus bertambah.

Dengan luas perkebunan teh 1.478 hektar, PTPN VII rata-rata menghasilkan 40 ton teh pucuk basah setiap hari dan cenderung terus meningkat. Dalam setahun, produk teh Gunung Dempo rata-rata mencapai 14.000- 17.000 ton teh pucuk basah atau setara 3.600-4.250 ton teh kering.

Selain jaringan penjualan yang sulit, promosi dan kebanggaan penggunaan teh itu juga sangat kurang. Bahkan, di Pagar Alam sendiri, hotel-hotel maupun kantor pemerintahan cenderung menggunakan teh merek pabrikan nasional walau daerahnya sendiri adalah penghasil teh.

Pasar ekspor

Jika kualitas teh terbaik Gunung Dempo diekspor untuk produk teh luar negeri, teh kualitas rendahnya menjadi bahan baku produk teh-teh lokal dan nasional. Namun, untuk memperbaiki cita rasanya, teh-teh kualitas buruk itu dicampur dengan teh-teh kualitas baik dengan campuran tertentu sehingga kualitasnya tidak terlalu buruk.

Harga teh kualitas terbaik berkisar 2,6 dollar Amerika Serikat atau Rp 24.000-Rp 25.000 per kilogram, sedangkan kualitas terendah hanya Rp 6.000-Rp 9.000 per kg.

Acep Sudiar, Sinder Teknik/ Pengolahan Pabrik Teh PTPN VII Pagar Alam, mengatakan, teh Gunung Dempo berkualitas baik karena menghadap sinar matahari pagi langsung. Sinar matahari selama pukul 07.00- 10.00 membuat proses fotosintesis atau pembakaran zat hijau daun daun teh berlangsung sempurna.

Selain itu, posisi ketinggian teh Gunung Dempo juga paling sesuai, yaitu berkisar 1.000- 1.200 meter di atas permukaan laut. Jika terlalu tinggi, warna teh akan lebih pekat. Jika terlalu rendah, rasa dan aromanya berkurang.

Tanaman teh yang lebih tinggi dan tidak terkena sinar matahari langsung membuat daun teh mudah terkena kabut dan air yang menempel di daun susah hilang. Akibatnya, daun teh rentan terkena cacar daun yang akan mengurangi kualitas daun tehnya.

Pagaralam Diusulkan Jadi Daerah Cagar Budaya

Pagaralam Diusulkan Jadi Daerah Cagar Budaya


Pagaralam Diusulkan Jadi Daerah Cagar Budaya


Sabtu, 20 Februari 2010 | 11:51 WIB

www.infokom-sulteng.go.id
Ilustrasi PAGARALAM, SUMSEL.com — Banyak temuan peninggalan bersejarah dari zaman megalitik ribuan tahun lalu di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, yang jumlahnya mencapai ribuan menjadi bahan pertimbangan pengusulan kawasan itu sebagai daerah cagar budaya.

Informasi dari pemkot di Pagaralam, Sabtu (20/2/2010), menunjukkan bahwa dalam pertemuan anggota Komisi X DPR RI dengan jajaran Pemkot Pagaralam, mereka menyampaikan masukan untuk mengkaji dalam merevisi UU tentang Cagar Budaya, termasuk mempertimbangkan Pagaralam masuk sebagai salah satu daerah tersebut.

Anggota Komisi X DPR RI Juhaini Alie, Gede Pasa Suardika, Harbiah Salahuddin, Selina Gita, dan Raihan Iskandar beserta rombongan Ditjen Pariwisata dan BP3 Jambi beberapa hari lalu melakukan kunjungan ke sejumlah situs yang terdapat di Pagaralam.

Wali Kota Pagaralam Djazuli Kuris mengatakan, cukup banyak peninggalan sejarah yang dimiliki daerah ini tersebar di lima kecamatan wilayahnya.

Bahkan yang sudah terungkap, baik melalui mimpi maupun penemuan biasa, sudah cukup banyak. Menurut dia, semestinya hal itu akan menjadi kajian penting bila daerah Besemah dimasukkan dalam UU Cagar Budaya itu.

"Peninggalan bersejarah bukan hanya menjadi aset bagi daerah, tapi hendaknya bisa masuk aset nasional yang tidak akan habis sepanjang masa. Namun, perlu dukungan pemerintah pusat dalam pendanaan pemeliharaan dan pelestariannya," ujar dia.

Bukan hanya peninggalan pada masa kerajaan, melainkan bahkan benda yang umurnya sudah 4.000 tahun sebelum Masehi juga cukup banyak.

Dia menyebutkan, saat ini yang sudah ditemukan berupa arca, rumah batu, lesung, lumpang, menhir, dolmen, dan masih banyak situs lainnya.

"Aset budaya yang banyak ditemukan di Pagaralam ini tentunya akan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi DPR RI untuk memasukkan Pagaralam menjadi kawasan cagar budaya," kata dia.

"Melalui pertemuan dan mencari masukan dengan berbagai elemen masyarakat di Pagaralam, hal itu akan menjadi pertimbangan dalam membahas revisi UU Cagar Budaya, termasuk mengkaji sejumlah daerah di Sumsel yang banyak peninggalan sejarahnya," kata Ketua Rombongan DPR RI dari Komisi X, Juhaini Alie, dalam pertemuan dengan Pemkot Pagaralam itu.

Dia menyatakan, peninggalan bersejarah yang merupakan aset bernilai cukup tinggi tidak akan habis sepanjang masa. Bila dikelola dengan baik, hal itu akan menjadi penghasil uang.

sumber :
http://regional.kompas.com/read/2010/02/20/11513798/Pagaralam.Diusulkan.Jadi.Daerah.Cagar.Budaya

Habibie & Ainun

“Waktu itu, saya kelas tiga SMA dan Ainun masih kelas dua SMA. Ainun duduk-duduk bersama 'gengnya' yang cantik-cantik. Entah bagaimana, saya tiba-tiba mendatangi 'geng' itu, lalu berkata kepada Ainun, "Hey, kamu itu kenapa jelek ya? Hitam lagi." Lalu, saya pergi. Pasti Ainun saat itu jengkel sekali. Kenapa? Mungkin ia berpikir saya kurang ajar. Padahal mungkin secara tidak sadar, saya tertarik kepada Ainun, tetapi saya mengekspresikannya dengan cara lain karena saya tidak terlalu berani mengatakan kalau saya suka dia.” - Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat

Kami berdua suami-isteri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara, semacam telepati …
… Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk diantara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat yang lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta : mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya …
(Hasri Ainun Habibie)

-- Mungkin kita bisa menanyakan arti cinta sejati pada beliau, yang mencium pusara istrinya, dan mengenang begitu banyak cinta.

Itu benar sekali, kawan, kisah cinta sejati itu bukan dari kisah Romeo Juliet yang isinya jelas-jelas gagal menikah, bunuh diri pula. Di mana hikmah cinta Romeo-Juliet? Mati bersama2 dengan cara amat buruk? Tapi sungguh cerita sejati itu datang dari orang tua di sekitar kita, yang hingga akhir hayatnya tetap setia satu sama lain.


HAKIKAT BELAJAR :)

Orang dewasa, saat ditanya, kenapa kita belajar menulis? Kalau jawabannya: agar bisa menerbitkan buku. Maka itu benar2 membelokkan tujuan mulia dari menulis. Saat ditanya, kenapa kita belajar memasak? Kalau jawabannya: agar bisa jadi master cheft, punya restoran mahal, maka itu juga benar2 membelokkan tujuan mulia dari memasak. Orang dewasa, saat ditanya, kenapa sekolah tinggi2? Kalau jawabannya: agar bisa kaya raya, berkuasa, maka itu benar2 membelokkan tujuan mulia dari mencari ilmu.

Anak-anak, saat ditanya, kenapa kita belajar naik sepeda? Tidak ada anak-anak yg akan menjawabnya, agar bisa jadi pembalap sepeda, bisa ikut tour de france. Kebanyakan akan menjawab karena senang saja, karena ingin bermain sepede bersama teman yang lain. Simpel, tapi menjelaskan tujuan yang mulia. Juga saat belajar main bola, berenang, anak2 akan menjawabnya sederhana. Atau bilang ingin seperti Om Messi, Om Ronaldo, tapi maksud mereka main bolanya seperti dua Om itu, bukan gaya hidup, kaya raya--orang dewasalah yang kadang menakjubkan begitu jauh mikirnya.

Kenapa kita lupa betapa sederhananya waktu dulu kita jadi anak-anak? Kita belajar merangkak, buat apa? Kita belajar berjalan, buat apa? Kita belajar berlari, buat apa? Kita lakukan saja, dengan senang hati. Dan berhasil semua. Tidak ada yang gagal belajar waktu kecil, bukan? Mayoritas sukses semua. Itu benar, kita kadang digoda dengan cokelat, mainan oleh orang tua, dan kita tertawa patah-patah melangkahkan kaki mendekat, tapi mana ada anak kecil yang perhitungan sekali saat belajar.

Saya tidak tahu, pada detik ke berapa kita mulai punya pemahaman yang terbalik soal proses belajar ini. Entahlah. Siapa yang memulainya, siapa yang menanamkannya. Karena menurut hemat saya, akan indah sekali, saat semua orang belajar menulis, misalnya, dia simply hanya ingin menulis, dan terus, terus, terus menulis. Kesuksesan akan datang sendiri. Buku2 akan terbit. Dan berbagai milestone lainnya. Kenapa kita belajar tinggi2 untuk jadi dokter? Akan sangat indah saat orang2 hanya ingin menjadi dokter yang baik, membantu banyak orang. Kesuksesan akan datang sendiri. Kaya, terkenal. Bahkan saat kita tolak semua materi tersebut, kita menjauh, urusan duniawi itu tetap mendekat-dekat.

Ini kesekian kali saya menulis tentang hakikat proses belajar. Maka semoga satu-dua saja paham, mulai memutuskan menyukai sekolahnya, kuliahnya, sebenar-benarnya karena ingin mencari ilmu, itu sudah sebuah langkah awal dari sebuah proses panjang yang menyenangkan. Se-aneh apapun pilihan jurusan kita, setidak terkenal, dianggap remeh, kita tetap bisa menjadi yang terbaik jika tujuannya memang belajar dan menjadi terbaik di bidang itu. Lakukan dengan riang, lakukan tanpa beban, dan kita lihat hasilnya.

Pegang tulisan ini, dan silahkan cerita 10-20 tahun lagi. Apakah rumus ini keliru atau benar.