Minggu, 30 Desember 2012

Habibie & Ainun

“Waktu itu, saya kelas tiga SMA dan Ainun masih kelas dua SMA. Ainun duduk-duduk bersama 'gengnya' yang cantik-cantik. Entah bagaimana, saya tiba-tiba mendatangi 'geng' itu, lalu berkata kepada Ainun, "Hey, kamu itu kenapa jelek ya? Hitam lagi." Lalu, saya pergi. Pasti Ainun saat itu jengkel sekali. Kenapa? Mungkin ia berpikir saya kurang ajar. Padahal mungkin secara tidak sadar, saya tertarik kepada Ainun, tetapi saya mengekspresikannya dengan cara lain karena saya tidak terlalu berani mengatakan kalau saya suka dia.” - Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat

Kami berdua suami-isteri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara, semacam telepati …
… Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk diantara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat yang lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta : mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya …
(Hasri Ainun Habibie)

-- Mungkin kita bisa menanyakan arti cinta sejati pada beliau, yang mencium pusara istrinya, dan mengenang begitu banyak cinta.

Itu benar sekali, kawan, kisah cinta sejati itu bukan dari kisah Romeo Juliet yang isinya jelas-jelas gagal menikah, bunuh diri pula. Di mana hikmah cinta Romeo-Juliet? Mati bersama2 dengan cara amat buruk? Tapi sungguh cerita sejati itu datang dari orang tua di sekitar kita, yang hingga akhir hayatnya tetap setia satu sama lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar